Ada kalanya aku merasa makeup itu seperti cerita pendek yang dipakai di wajah. Kadang terlalu dramatis, kadang simpel, tapi selalu ada momen-momen kecil yang bikin kita senyum sendiri. Belakangan ini, tren lipstik dan skincare benar-benar saling melengkapi, seakan kita sedang menulis bab baru tentang kecantikan yang lebih autentik. Suasana pagi yang remang, secangkir kopi yang baru aku seduh, bahkan suara lipstik yang ditempelkan di tube-nya yang bunyinya “klik” kecil itu bikin aku makin jatuh hati. Nah, inilah beberapa tren yang aku lihat dan rasakan dalam perjalanan makeup-ku beberapa bulan terakhir.
Tren Lipstik yang Lagi Hits
Yang paling mencuri perhatian tentu saja variasi tekstur lipstik. Matte tetap eksis, tapi sekarang terasa lebih nyaman, lebih lembap, dan tidak sepenuhnya membuat bibir kering seperti dulu. Teksturnya sering disebut velvet atau demi-matte yang memberi kilau halus tanpa terlihat berkilau terlalu berlebih. Warna-warna nude hangat seperti rosy nude, mauve brown, hingga terracotta menjadi pilihan sehari-hari yang bisa dipakai kerja, kencan, atau santai di akhir pekan. Namun di sisi lain, glossy lips juga kembali populer, dengan highlight kaca yang bisa membuat bibir terlihat lebih plump tanpa lip gloss berperan sebagai gula-gula matrem. Ketika di bawah cahaya matahari, warna-warna pink muda dan berry yang mengintip dari balik lip liner terasa romantis, seperti sedang menuliskan pesan pendek untuk diri sendiri di kaca kamar mandi.
Saat ini orang juga lebih peduli dengan kenyamanan formula. Lipstik yang tahan lama tetap dicari, tetapi lebih banyak produk yang mengkombinasikan pigment yang kuat dengan sensasi ringan di bibir. Penggunaan lip liner jadi hal wajib untuk mencegah bleeding dan menjaga bentuk bibir tetap rapi, apalagi jika kita memakai warna gelap. Aku juga melihat tren lip tint dan lip oil yang bisa memberi warna sambil menjaga kelembapan bibir. Seringkali aku mencampur dua produk: lip tint untuk dasar warna pewarna ringan, lalu ditumpuk dengan sedikit lip oil di puncak bibir agar tampilan tidak terlalu kering. Tekstur dan aroma juga jadi pertimbangan; aku pernah tertawa ketika tube lipstik mengeluarkan aroma manis seperti permen, langsung mengubah mood pagi yang awalnya biasa-biasa saja jadi hari yang lucu.
Tip praktis: cobalah shade yang terlihat overpower di tangan, lalu lihat bagaimana warnanya berubah pada cahaya berbeda. Warna bisa terlihat hangat di lampu hangat kamar, namun bisa jadi terlalu pucat di cahaya putih kantor. Dan satu hal yang tidak berubah: packaging tetap jadi kenyamanan kecil. Kadang aku memilih produk yang tidak terlalu berat di dompet, karena rasa malas membawa banyak barang di tas saat perjalanan singkat pun bisa menurunkan semangat jika berat. Makanya aku suka lipstik yang compact, ringan, tapi pigment-nya tetap masuk ke bibir secara merata.
Makeup Skincare: Kolaborasi yang Mengubah Ritual Kecantikan
Skincare sekarang bukan sekadar ritual kosong sebelum makeup. Banyak merek mengemas formula yang saling melengkapi dengan makeup, seperti sunscreen berbasis tint yang bisa jadi base ringan, serum dengan finish dewy yang membantu kulit terlihat sehat di bawah makeup, hingga moisturizer dengan kandungan humektan yang bikin kulit tidak terasa kering sepanjang hari. Konsep“skinimalism” masih kuat: fokus pada perawatan yang efektif, langkah yang tidak bertele-tele, tetapi tetap mengantar kulit yang siap diaplikasi makeup. Aku mulai menjaga kelembapan lebih awal: hydrating toner yang tidak membuat kulit terasa lengket, essence yang bikin wajah terasa “naik level”, hingga krim sengaja aku pakai sebelum SPF agar garis halus di sekitar mata tidak terlalu menonjol di foto siang hari. Suasana pagi yang biasanya ramai dengan notifikasi, jadi lebih tenang ketika kulit terasa lembap dan siap.
Soal sunscreen, aku semakin suka yang punya tekstur ringan, cepat meresap, dan tidak bikin wajah putih seperti masker. Beberapa tinted moisturizer yang menggabungkan foundation ringan dengan SPF 30-an cukup jadi solusi cepat untuk hari-hari ketika aku hanya ingin terlihat segar tanpa drama makeup tebal. Ada juga produk baru yang mengutamakan pigmentasi halus dan finishing natural, sehingga hasil akhirnya tidak terlalu matte maupun terlalu dewy, melainkan seimbang. Dan ya, semua itu terasa lebih percaya diri karena kulit terasa lebih siap menerima warna lipstik tanpa terlihat kontras terlalu besar. Kalau aku lagi malas, aku cuma menepuk-epuk pipi yang sudah diberi sedikit krim berwarna sebagai blush, lalu menambahkan sedikit highlighter di tulang pipi. Rasanya seperti memberi kulit bekal rahasia untuk menghadapi hari.
Di tengah-tengah penjajakan tren ini, aku sempat klik rekomendasi di lippychic untuk melihat ulasan shade terbaru. Cari shade yang cocok dengan undertone kulitku kadang seperti mencari teman di pesta yang tidak terlalu ramai: butuh waktu, tetapi ketika menemukan satu yang pas, rasanya semua langkah di pagi itu jadi lebih ringan.
Ritual Pagi yang Menenangkan: Dari Cuci Wajah ke Cermin
Ritual pagi bagiku adalah ritual ringan yang menenangkan. Pikirkan tentang mandi air hangat yang membuat otot wajah sedikit rileks, lalu toner yang menyegarkan, kemudian serum yang menenangkan, dan moisturizer yang tidak terlalu berat. Aku memilih dasar makeup yang tidak memaksa kulit untuk berjuang. Saat mata siap melihat dunia, aku memilih satu warna bibir yang cukup aman: tidak terlalu pucat, tidak terlalu gelap, cukup membuat aku merasa percaya diri. Seringkali suara kipas angin di kamar mengiringi setiap langkah, dan aku tertawa kecil karena tiba-tiba mascara yang aku pakai mengering agak lama sehingga aku mengeluarkan suara aneh karena mengusut bibir yang basah dengan kapas.
Kalau sore menjelang, aku suka mengubah satu dua langkah: menambahkan sedikit cream blush untuk rona sehat, menepuk sedikit highlighter tipis di tulang hidung, dan menyadari bagaimana bentuk mata bisa terlihat lebih hidup dengan maskara yang tepat. Hal-hal kecil ini membuatku merasa lebih terhubung dengan diri sendiri, bukan sekadar mengikuti tren. Dan di luar kacamata trendsetter, aku belajar mendengar kulitku sendiri: kontak dengan udara, perubahan cuaca, dan bagaimana lipstik tertentu terasa lebih nyaman saat kulit sedang kering atau berminyak.
Pertanyaan untuk Dirimu: Matte, Glossy, Atau something-in-between?
Aku sering bertanya pada diri sendiri apa yang ingin kusampaikan lewat bibir hari itu. Apakah matte yang berkesan kuat dan berani, atau glossy yang lembut dan berkilau seperti kilau air di pagi hari? Ada hari-hari ketika aku ingin menonjolkan warna tertentu tanpa mengorbankan kenyamanan bibir, jadi aku pilih kombinasi antara tipis dan bersosialisasi dengan warna yang lebih gelap di bagian dalam bibir untuk efek ombre halus. Yang terpenting, kita punya pilihan. Dunia lipstik dan skincare tidak lagi memaksa kita menjadi satu versi, melainkan memberi ruang untuk kita menyalurkan mood, gaya hidup, dan kepribadian. Dan kalau kamu ingin mencoba hal baru, tidak apa-apa. Kita bisa menimbang, mencoba, tertawa ketika shade favorit ternyata tidak cocok di satu hari lembap, lalu kembali mencoba di malam hari dengan suasana yang berbeda. Akhirnya, kunci dari semua tren itu adalah kita sendiri: bagaimana kita merawat kulit, bagaimana kita mengekspresikan diri melalui warna bibir yang kita pilih, dan bagaimana kita bersenang-senang di cermin tanpa merasa terbebani ekspektasi orang lain. Karena pada akhirnya, kecantikan adalah cerita yang kita tulis untuk diri sendiri, setiap pagi, di atas meja rias kecil yang penuh warna.